PA Bukittinggi : Sebuah Pengadilan Yang Modern

Posted by ReTRo on Monday, October 31, 2011

Jakarta|badilag.net  (28/10/2011)
Tim  Penilai Meja Informasi dari Ditjen Badilag  yang terdiri dari Siti Zubaidah,S.H (Kabag. Kepegawaian Ditjen Badilag  / koordinator), Hj.Chrisnayeti,S.H (Kasi. Administrasi Kepaniteraan) dan Rahmat Arijaya, S.Ag, M.Ag  (Staf Khusus Dirjen Badilag Urusan Luar Negeri)  mengunjungi PA Bukittinggi (26/10/2011). Nelmailis,  S.H (Kasubag. Umum PTA Padang), Muhammad Rafki (Panitera Pengganti PTA Padang) dan Iin (Driver) dengan setia mendampingi Tim ini berkunjung ke 5 PA di wilayah PTA Padang.

Sebuah pengadilan agama yang modern. Itulah kesan yang diperoleh Tim Badilag ketika memasuki PA ini. 

“Saya seperti memasuki sebuah bank besar”, ujar salah seorang Tim Badilag.

PA yang berlantai tiga ini terletak di sebuah bukit, Bukit Gulai Bancah, terlihat gagah dan megah. Kesejukan udara yang berhembus dari gunung Merapi dan Singgalang membawa kenyamanan tersendiri. Bila kita berdiri di lantai 3, kita akan lihat PA ini berada di sebuah kota dengan pemandangan alam yang begitu indah.

Ketika kita masuk, kita akan langsung disambut hangat oleh petugas meja informasi yang siap melayani dengan penuh keramah tamahan. Tutur sapa yang santun dan senyum yang manis membuat pencari keadilan sejenak lupa akan persoalan yang mereka hadapi.
Sejumlah perangkat elektronik mutakhir memberikan kesan PA ini betul-betul modern. Touch screen yang menyuguhkan informasi perkara yang lengkap dan akurat diletakkan di sudut ruangan.
Layar TV LCD menampilkan gambar CCTV dari empat titik
Keamanan menjadi perhatian penting dalam pemberian layanan kepada pencari keadilan. Sebuah TV LCD menampilkan gambar CCTV dari 4 titik. Petugas sekuriti dengan seksama mengamati gerakan-gerakan mencurigakan yang mungkin terlihat. Ya ini dimaksudkan untuk memastikan pengadilan tetap dalam kondisi aman.
TV LCD menampilkan informasi jadwal sidang, antrian sidang, perkara putus dll

Di ruang tunggu yang luas, kita dapat melihat para pencari keadilan sedang duduk nyaman menunggu giliran dipanggil masuk ke ruang sidang. Sebuah TV LCD berukuran besar dipajang. Pada TV ini terdapat informasi jadwal sidang, perkara putus, running text tentang fasilitas meja informasi,  antrian sidang (SATPA /Sistem Antrian Terpadu) dan juga siaran televisi.

Sebuah program canggih untuk administrasi perkara  yang dikenal dengan SIADPA terpasang di seluruh komputer, termasuk juga pada Meja Informasi. Program ini sama hebatnya dengan program Casetrack yang ada di Family Court of Australia (FCoA). 

Sebuah papan bertuliskan “kami melayani dengan cepat, mudah, tertib dan transparan”, melukiskan motto yang dimiliki PA ini.

PA ini sangat memahami peran IT dalam mewujudkan sebuah keterbukaan dan keadilan. Sebuah motto dipajang pada sebuah dinding. Motto itu berbunyi “tidak akan ada keadilan tanpa keterbukaan. Keterbukaan adalah jiwa keadilan, taji tertajam dan penjaga terkuat dalam melawan ketidakjujuran. Keterbukaan membuat hakim diadili ketika ia mengadili.” (Jeremy Bentham, Pemikir asal Inggris).

Area  steril juga diciptakan. Seluruh aparat peradilan masuk melalui sebuah pintu terpisah dengan para pencari keadilan. Di setiap ruang sidang terdapat pintu rahasia untuk keluar masuk hakim dan panitera penganti.

Pengakuan Pencari Keadilan

Tim Monitor Badilag menyempatkan diri melakukan wawancara ringan dengan beberapa orang pencari keadilan yang sedang duduk di ruang tunggu.

Tim Penilai sedang mewancarai para pencari keadilan

“Baa pelayanan di siko Pak?” (bagaimana pelayanan di sini Pak?), tanya Rahmat Arijaya dengan bahasa Minang yang fasih kepada seorang laki-laki.

“Pelayanan di siko rancak bana Pak” (Pelayanan di sini bagus sekali Pak), jawab seorang laki-laki bernama Rian.

“Ambo sanang mandapekkan informasi yang ambo butuahkan” (Saya senang mendapatkan informasi yang saya butuhkan), jawab seorang wanita ketika ditanya oleh Chrisnayeti dengan bahasa Minang.

Siti Zubaidah juga sempat menanyakan kesan seorang wanita terhadap layanan yang diberikan. Wanita itu menyatakan bahwa ia mendapatkan pelayanan yang terbaik. Ia merasa sangat nyaman dan tenang.

“Beban yang saya hadapi menjadi ringan. Saya hampir lupa bahwa saya sedang menghadapi persoalan  yang berat dalam rumah tangga saya”, ujar wanita itu.

Kecintaan Pada IT
Satu hal lain juga membuat Tim Badilag terkesan. Kecintaan para hakim, panitera pengganti dan seluruh pegawai terhadap IT patut diancungi dua jempol. Tim Badilag yang mendatangi seluruh ruangan PA mendapati seluruh hakim demikian juga panitera pengganti sedang sibuk mengoperasikan  program SIADPA untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka.

Dra.Sarwati Rusli, hakim senior berusia  62 tahun yang mahir menggunakan SIADPA
Tidak disangka ternyata seorang hakim wanita yang tergolong paling senior di PA ini sangat lancar mengoperasikan  SIADPA di laptop pribadinya. Hakim yang bernama Dra.Sarwati Rusli rupanya telah berumur 62 tahun.

“Umur tidak pernah  menghalangi seseorang untuk maju”, ujar Dirjen Badilag, Wahyu Widiana pada suatu kesempatan di sebuah PA yang dikunjungi.

Agaknya para hakim, panitera pengganti dan seluruh pegawai PA ini paham betul dengan pernyataan Dirjen Badilag di atas.

Waka PA Bukittingi, Drs.H. Fauzi , M.HI, dan Pansek PA Bukittinggi, Drs.Warnelis Watman, S.H, menerangkan bahwa kebanyakan para hakim menggunakan laptop pribadi untuk mengerjakan pekerjaan kantor.

PA ini tidak hanya modern dari sisi peralatan IT mutakhir yang digunakan tetapi juga modern dari sumber daya manusianya. Sungguh membanggakan dan dapat menginspirasi PA-PA yang lain.

Peluang Menjadi Juara?

Tim Penilai dari Ditjen Badilag  diberikan kesempatan  menjelaskan program-program prioritas Badilag yang lagi hangat saat ini. Di depan seluruh hakim dan pegawai, Tim mengungkapkan bahwa Badilag juga memiliki sebuah tim pembaruan yang dikenal dengan Tim Monitoring.
Tim diberikan kesempatan menjelaskan program-program prioritas Badilag
“Tim ini dibentuk sebagai bentuk kecintaan Dirjen Badilag, Wahyu Widiana terhadap pengadilan agama. Beliau menginginkan seluruh PA maju dan modern. Ini sejenis think thank”, jelas salah seorang Tim Penilai.

Tim  juga menjelaskan bahwa hasil kunjungan yang mengumpulkan semua dokumen  berupa photo, video dan juga printed paper akan disuguhkan pada rapat besar nantinya. Rapat yang akan dihadiri oleh Dirjen Badilag, para Direktur, eselon III dan IV, termasuk Tim Monitoring akan menilai secara obyektif berdasarkan dokumen yang dikumpulkan tersebut.
Photo bersama di depan gedung PA Bukittinggi
Merespon penjelasan Tim  tersebut, Ketua PA Bukittinggi, Drs.Dudung, S.H.,M.H  mengatakan bahwa PA ini telah berusaha dengan sepenuh hati memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Soal menjadi juara pada “Information Desk Award”, PA  ini  menyerahkan sepenuhnya kepada obyektifitas Tim dari Badilag.

“Kami menyadari banyak PA terutama PA di Jakarta atau di pulau Jawa jauh lebih baik dari PA Bukittinggi ini”, ujarnya. Sebuah ungkapan rendah hati dari ketua yang pernah lama bertugas di wilayah PTA Medan.

(Rahmat Arijaya)

{ 0 comments... read them below or add one }

Post a Comment